Pertengkaran yang sering terjadi dan berlarut-larut
bisa membuat keluarga berantakan.
Seringlah merenung, tabunglah pertimbangan.
bisa membuat keluarga berantakan.
Seringlah merenung, tabunglah pertimbangan.
Ada suami yang sering berteng-kar. Ia selalu siap untuk bertengkar dengan istrinya bahkan dalam masa-lah sepele.
Seringkali perselisihan itu dise-babkan oleh hal-hal yang remeh. De-ngan sedikit akal dan jiwa besar, se-seorang bisa memandangnya de-ngan tersenyum. Kehidupan pada umumnya, rumah tangga pada khu-susnya, tidak lepas dari hal-hal yang melelahkan jiwa dan mengeruhkan pikiran. Jika manusia terus-menerus dalam kepedihan karena berbagai persoalan kecil, hal itu hanya akan membuat jiwanya makin sempit, akalnya dangkal dan terlalu cepat bersedih.
Seringkali perselisihan itu dise-babkan oleh hal-hal yang remeh. De-ngan sedikit akal dan jiwa besar, se-seorang bisa memandangnya de-ngan tersenyum. Kehidupan pada umumnya, rumah tangga pada khu-susnya, tidak lepas dari hal-hal yang melelahkan jiwa dan mengeruhkan pikiran. Jika manusia terus-menerus dalam kepedihan karena berbagai persoalan kecil, hal itu hanya akan membuat jiwanya makin sempit, akalnya dangkal dan terlalu cepat bersedih.
Yang
terbaik bagi kita adalah memperlakukan orang (terutama yang
berinteraksi langsung) secara apa adanya, menghormati dan tidak
menghinanya. Hal itu menjadikan kita berjiwa luas, menerima
peker-jaan-pekerjaan kecil dengan lapang dada dan jiwa tenang, berusaha
me-mecahkan persoalan dengan tidak tergesa-gesa, memandang jauh dalam
berbagai urusan, tanpa menyepelekan atau terlalu mencemaskan sesuatu.
Suami
hendaknya tidak menjadi-kan rumahnya sebagai arena caci maki. Tidak
memaksakan semua pendapatnya pada istrinya, benar ataupun salah.
Yang
harus dilakukan oleh setiap suami adalah menghormati pen-dapat
istrinya, agar komunikasinya dengan sang istri disejukkan oleh embun
cinta kasih, selalu berorientasi pada kebaikan. Jiwa hanya dapat
digiring dengan kata-kata jujur dan argumen yang terkendali.
Suami-istri
tak perlu berdebat secara panjang lebar, sehingga ber-ujung pada
pertengkaran. Sebaik-nya masing-masing menarik pen-dapatnya jika telah
nampak kebe-naran pada sebuah pendapat.
Alloh berfirman,
“Dan hendaklah mereka memaaf-kan dan berlapang dada.” (QS. An Nur: 22).
Jika
perdebatan sudah memanas, sebaik-baik cara untuk mengatasi-nya adalah
meninggalkannya, dan beralih ke topik yang lain. Tidak bijak membawa
kehidupan rumah tangga pada kehancuran gara-gara meneruskan hal-hal yang
tak ber-guna.
Alloh berfirman,
“Maka barangsiapa mema`afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Alloh.” (QS. Asy-Syu-ra: 40).
Saling menghormati di antara suami-istri menjadikan semangat me-wujudkan kasih sayang lebih ber-harga daripada sekadar pendapat tentang sebuah urusan. Mengubah perabot rumah tangga atau memilih warna kasur, tak pantas dijadikan bahan perselisihan yang mengan-cam bangunan rumah tangga.
Saling menghormati di antara suami-istri menjadikan semangat me-wujudkan kasih sayang lebih ber-harga daripada sekadar pendapat tentang sebuah urusan. Mengubah perabot rumah tangga atau memilih warna kasur, tak pantas dijadikan bahan perselisihan yang mengan-cam bangunan rumah tangga.
Lakukanlah
kompromi. Berkom-promi bukan berarti kalah dan mem-biarkan pasangan
menang. Kompro-mi didasarkan pada rasa saling meng-hormati. Sebagai
contoh, biasanya, seorang istri lebih hati-hati dibanding suami, dan
ketika suatu waktu berse-lisih pendapat tentang keuangan yang harus
diperketat untuk tidak terlalu membeli banyak barang, baik suami maupun
istri harus saling menghor-mati pertimbangan masing-masing.
Hindarkan
juga sikap menjustify (penilaian yang menyudutkan) berupa seruan dan
ujaran seperti, “Kamu ti-dak pernah suka kalau…”, “Seandai-nya kamu
peduli…”, “Kamu tidak ta-hu apa-apa, coba kamu ada di posisi
saya…” Kalimat seperti itu merupakan “pukulan KO” untuk upaya memba-has
perbedaan secara konstruktif. Se-olah semua kesalahan ditimpakan pa-da
lawan bicara. Perlembutlah ucap-kan dan lunakkanlah suara. Pilih
kata-kata yang baik dan tidak menyakitkan.
Diantara sifat buruk lainnya yang biasa menghinggapi sang suami adalah; kurang berterima kasih ke-pada Istri.
Diantara sifat buruk lainnya yang biasa menghinggapi sang suami adalah; kurang berterima kasih ke-pada Istri.
Pandai
berterima kasih adalah pertanda budi pekerti. Orang yang pertama kali
berhak mendapatkan-nya dari suami adalah sang istri.
Ada suami yang tidak berterima kasih kepada istrinya ketika ia ber-buat baik. Ia tidak pernah mendo-rong istrinya melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya.
Ada suami yang tidak berterima kasih kepada istrinya ketika ia ber-buat baik. Ia tidak pernah mendo-rong istrinya melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya.
Sebagai
contoh, sang istri telah menyiapkan makanan yang dise-nangi suami,
membuat kehormatan-nya terangkat ketika tamu datang, merawat anak-anak
dengan sebaik-baiknya, menampilkan diri di hadap-an suaminya
dengan pakaian yang terbaik, penampilan menawan, dan seterusnya. Walau
begitu ia tidak pernah menerima ucapan terima kasih, senyum kepuasan
atau pan-dangan lembut dan kasih sayang, apalagi hadiah. Sikap ini
termasuk bakhil, kasar dan penghinaan.
Terkadang
suami berdalih pada dirinya sendiri; khawatir istrinya merasa
tersanjung dan terpedaya, jika ia berterima kasih atau memuji-nya.
Ucapan
ini tidak benar secara mutlak. Wahai suami yang mulia! Jangan bakhil
terhadap sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan untukmu dan istrimu.
Jangan lupa-kan hal-hal kecil seperti ini, karena ia mempunyai manfaat
dan penga-ruh luar biasa.
Apa
ruginya jika kita memuji istri karena kecantikannya dan kerajinan-nya?
apa ruginya jika kita berterima kasih padanya atas suguhan yang ia
siapkan untuk tamu kita? berterima kasih karena
telah mengurus rumah dan anak-anak, walaupun ia melaku-kannya sebagai
kewajiban. Semua itu dapat memperkuat kasih sayang an-tara suami-istri.
Jika
istri mendapatkan perlaku-an seperti itu dari suaminya, ia akan bahagia
dan bertambah rajin. Ia makin terdorong untuk melayani suaminya dan
bersegera menuju keridhoannya. Ia mendapatkan ka-sih sayang, belas kasih
dan peng-hargaan.
Jika
hatinya sarat dengan ber-bagai spirit dan dorongan ini, maka ia akan
hidup bersama suaminya dengan penuh kedamaian dan ke-tentraman.
Manfaatnya akan kem-bali kepada suami dengan mem-bawa cinta dan
kegembiraan.
Rasululloh
bersabda sebagai wa-siat bagi para suami, “Orang mu’min yang paling
sempurna imannya ada-lah yang paling baik akhlaknya, dan yang terbaik di
antara kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.” (HR.
Tirmidzi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar